Sabtu, 17 September 2011

HATI NURANI

BAB I PENDAHULUAN
Persoalan kebebasan hati nurani sebagai norma moral subjektif bukanlah sebuah persoalan yang mudah diselesaikan dengan begitu saja dalam kehidupan manusia, karena hati nurani berkaitan erat dengan pribadi manusia. Bahkan, para pakar moral mengatakan bahwa pembicaraan mengenai hati nurani sebagai norma moral subjektif merupakan suatu fakta yang sangat rumit karena apa yang disebut sebagai norma moral subjektif tidak lepas dari pribadi atau subjek yang mengambil keputusan. Dapat dikatakan bahwa hati nurani sebagai norma moral subyektif memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama ketika manusia berhadapan dengan suatu persoalan yang membutuhkan keputusan dari manusia itu sendiri. Hati nurani sebagai jalan keluar yang paling akhir dalam mengambil keputusan menjadikan manusia otoritas eksklusif atas apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Dengan demikian, setiap orang sebagai subjek yang mengambil keputusan bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatannya dengan segala konsekuensi dari apa yang dia putuskan. Pengambilan keputusan oleh setiap orang, dapat kita lihat dalam pengalaman hidup sehari-hari. 
Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita ada pikiran untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari kebaikan, kita akan merasakan satu sisi hati kita akan membisikkan larangan agar tidak melakukan niat pikiran buruk kita tadi, namun sekejap kemudian ada bisikan hati yang lain untuk membujuk agar kita tetap melakukan niat hati yang semula. Saat niat semula belum terlaksana, seolah-olah ada perseteruan dalam hati, antara yang membujuk agar terlaksana dan yang melarang agar tujuan tidak terlaksana. . Dengan demikian, setiap orang sebagai subjek yang mengambil keputusan bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatannya dengan segala konsekuensi dari apa yang dia putuskan.             Ingatlah bahwa semua masalah yang disebutkan diatas, yaitu bahwa sesuatu yang kita anggap benar  mungkin saja salah, muncul karena kita mempergunakan otak kita. Otak kita sebagai bagian dari tubuh fisik memang sangat terbatas. Ingatlah bahwa kita dianugrahi oleh tuhan sesuatu yang jauh lebih berharga dari otak kita, yaitu hati dan hati nurani kita. Ingatlah bahwa untuk berbicara mengenai hubungan dengan tuhan, perjalanan un tuk lebih dekat dengan Tuhan dan apapun yang berhubungan dengan Tuhan, hatilah kuncinya. Jadi, ketidaksadaran kitalah yang menyebabkan kita terombang-ambing antara benar dan salah selama ini. Ketidaksadaran kitalah yang menyebabkan kita membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiran kita untuk melakukan hal-hal yang kita anggap baik, tetapi sebenarnya tidak baik. Kita terlalu mempergunakan otak kita dalam kehidupan sehari-hari kita dan mengacuhkan hati nurani kita yang sebenarnya adalah kunci terpentingnya.
Oleh sebab itu, marilah kita mempelajari lebih jauh mengenai hubungan antara otak dan hati nurani kita. Marilah kita juga melihat bagaimana cara kita melatih diri kita untuk mempergunakan hati nurani kita secara maksimal. Secepat kita mempergunakan hati nurani kita, semua akan lebih jelas bagi kita. Hati nurani selalu mengetahui kebenaran sejati, yaitu apa yang benar dan apa yang salah sesuai dengan kehendak Tuhan, tanpa dipengaruhi oleh factor apapun termasuk waktu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hati Nurani
a.      Pengertian Hati Nurani Secara Bahasa
Dalam bahasa Inggris, hati nurani artinya consciece. Kalau kata consciece diterjemahbalik maka artinya menjadi suara hati, kata hati atau hati nurani. Berdekatan dengan kata conscience, ada kata conscious. Conscious artinya sadar, berkesadaran, atau kesadaran. Disamping kedua kata ini, ada satu lagi yang berdekatan maknanya yaitu intuition, intuition artinya gerak hati, lintasan hati, gerak batin.
Consciece = Conscience is an ability or a faculty that distinguishes whether one’s actions are right or wrong. It leads to feelings of remorse when one does. Hati nurani adalah kemampuan atau fakultas yang membedakan apakah salah satu dari tindakan apakah benar atau salah. The moral sense of right and wrong, chiefly as it affects one’s own behaviour; Consciousness; thinking; awareness, especially self-awareness. Rasa moral tentang yang benar dan yang salah, terutama karena akan mempengaruhi tingkah laku sendiri; Kesadaran; berpikir; kesadaran, terutama kesadaran diri. Kesadaran juga berarti peran kognitif diri yang memperjelas secara sadar di mana diri kita saat ini dan bagaimana situasi lingkungan kita. Kajian-kajian yang mendalam tentang hal ini dapat kita telusuri lebih jauh terutama di dalam sains psikologi.
    Hati nurani atau intuisi merupakan tempat di mana manusia dapat memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diya­kini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan. Atas dasar inilah muncul aliran atau paham intuisisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kata hati, sedangkan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang tidak sejalan dengan kata hati atau hati nurani, sebagaimana hal ini telah diuraikan panjang lebar di atas.
Karena sifatnya yang demikian itu, maka hati nurani harus menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi atau membelenggu hati nuraninya, karena kebebasan yang demikian itu pada hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral. Ada sebuah potongan lirik nasyid yang indah dan sangat menyentuh, membuat diri kita sadar betapa pentingnya menjaga hati nurani. Sangat pas untuk direnungi di tengah kondisi negeri ini. Saat kemaksiatan semakin merajalela, pembunuhan dan bunuh diri tidak lagi asing di telinga. Saat ekonomi belum juga mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat, karena ia hanya menjadi eksploitasi bisnis demi keuntungan pribadi dan kelompok. Ketika kemiskinan dan kesejahteraan hanya menjadi bahan seminar dan diskusi karena belum menyentuh keberpihakan pada rakyat yang menderita. Politik sangat jauh dari aspirasi rakyat. Kasus kasus korupsi yang menimpa negeri ini adalah bagian dari fenomena telah lemahnya nurani.
Yang menjadi masalah adalah hati nurani kebanyakan orang tertutup, karena hatinya tidak terbuka. Dengan tertutupnya hati seseorang, hati nuraninya tidak bekerja. Jadi, seorang penjahatpun mempunyai hati nurani, tetapi hati nuraninya tidak bekerja sama sekali. Tetapi secepat dia mempergunakan hati nuraniny, secepat itu pulalah dia akan kembali mengarahkan dirinya kepada Tuhan. Sedemikian penting dan dahsyatnya kekuatan hati nurani.
Bila mempergunakan hati nuraninya, seorang penjahat besarpun akan langsung mulai mengarahkan dirinya dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Kalau seorang penjahat besar bias begitu, tentulah anda semua yang rajin melakukan amal ibadah akan dapat memperoleh manfaat dengan lebih mudah lagi.
b.    Pengertian Hati Nurani Dalam Islam
Menurut bahasa dalam islam, kata nurani berasal dari kata nuurun dan ainii  berarti cahaya mata saya. Menurut Istilah, yaitu partikel kecil (microchip) hidayah yang diamanatkan oleh Allah. Dengannya secara fitrah, manusia bisa mengenali dirinya dan Tuhannya. Mengetahui yang benar dan yang salah. Rasulullah Saw bersabda, “Mintalah fatwa dari hati nurani kita, kebenaran adalah apabila nurani dan jiwamu tenang terhadapnya sementara dosa apabila hati mu gelisah” (HR.Ahmad). Ini tentunya terjadi apabila hati nurani berfungsi dengan baik, dalam keadaan hidup dan sehat. Ketika kita berbohong dengan orang lain misalnya, bisa jadi manusia tidak pernah tahu tentang kebohongn kita tetapi nurani sehat kita akan melahirkan perasaan bersalah dan tertekan karena dosa tersebut. Rasulullah Saw mendefiniskan dosa sebagai "sesuatu yang akan  menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan tertekan dalam hati. Di samping itu, pelakunya tidak menyukai orang lain tahu perbuatan tersebut." Artinya, nurani kita akan menolak saat kita hendak melakukan perbuatan dosa sekecil apapun.
Nurani dalam diri manusia berfungsi sebagai kotak hitam (black box) untuk merekam segala cerita dan kejadian hidup. Dimensi waktunya mencakup waktu dulu dan yang sedang terjadi sekarang. Selain itu nurani berfungsi sebagai ‘radar’ untuk mendeteksi pengaruh baik dan buruk yang datang dari dalam maupun luar diri manusia, yang kemudian disesuaikan dengan mengikuti fitrahnya, yaitu menerima kebenaran dari Allah.
Semua kejadian bisa diingat oleh hati nurani, karena hati nuranilah yang kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah. Firman Allah: “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada” (QS. al-Adiyat: 9 -10). Jadi, hati nurani memiliki nuur (ber-cahaya), tidak menyilaukan tapi memberi penerangan sebagai petunjuk.
Oleh karena itu, ketika hati nurani dibelenggu hawa nafsu, hati nurani bisa kehilangan ruh-nya, cahayanya semakin pudar sehingga pada akhirnya tidak dapat membedakan halal dan haram. Dalam keadaan seperti itu, manusia disebut buta yang sebenar-benarnya karena mata jika tertutup menjadi gelap tidak tahu halal dan haram. Orang yang secara lahiriyah tidak dapat melihat tapi mata hatinya bening maka ia lebih baik dari orang yang buta mata hati. Oleh karena itu buta yang sebenarnya adalah buta adalah buta mata hati (hati nurani) bukan buta mata kepala (Lihat: QS. al-Hajj [22]: 46).
 Nurani ada dalam ranah spiritual, kematian nurani merupakan krisis spiritual. Beberapa ahli psikologi menyebutkan fenomena ini dengan beberapa istilah, seperti spritual alienation (keengganan spirtual), spiritual illness(penyakit hati), spiritual emergency (krisis spiritual). Krisis spiritual berlanjut pada eksistensi diri sebagaimana disebut Carl Gustav Jung sebagai existensial liness (krisis eksistensi). Semua ini bermuara pada semakin lemahnya kecenderungan dan kemampuan manusia dalam mengenal Tuhannya dengan segala perintah dan larangan-Nya. Dalam bahasa sederhana, bisa dikatakan sebagai proses lemahnya iman kepada Tuhan. Inilah sebenarnya pemasalahan kita semua yang telah melahirkan berbagai krisis.
Iman adalah kata kunci dalam setiap permasalahan nurani dan spritualitas. Karena iman bagi spritualitas adalah ibarat air bagi tanaman. Sementara spiritualitas yang sehat dengan iman yang kuat dan benar akan menghidupkan nurani.
 Iman yang bagaimana? Tentu saja bukan sekadar mengimani bahwa Tuhan itu ada. Iman dalam arti taat dan patuh pada tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan bisa menjadi kontrol bagi perilakunya. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila Allah mencintai seseorang hamba, Dia menjadikan baginya pemberi nasehat dari jiwanya dan pengingat dari hatinya yang memerintahnya dan melarangnya” (HR. Ahmad). Itulah nurani yang hidup dengan iman. Iman akan tetap terjaga dalam hati dengan menghidupkan rasa muraqabatullah (perasaan selalu diawasi Allah). Sebuah rasa yang lahir dari keyakinan bahwa tidak ada satupun di alam semesta ini yang luput dari ilmu Allah. “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dia-lah yang keenam” (QS.Al-Mujaadalah: 7).
 Pengawasan melekat inilah kontrol yang paling efektif. Dan perlu diketahui bahwa manusia bukanlah malaikat yang suci dari perbuatan dosa. Orang beriman dan hati nuraninya hidup bukanlah orang suci yang tidak pernah terbersit dalam hati niat salah atau jahat. Manusia adalah makhluk yang mempunyai nuarani tapi juga hawa nafsu. Dan orang yang beriman adalah orang yang bisa mengontrol perilakunya dari terjerumus dalam lembah dosa dan kenistaan. Firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat: 135: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau zalim, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun  terhadap dosa-dosanya dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa mereka sedang mereka mengetahui.
c.    Hati nurani Filosofi Orang Jawa
Dalam filosofi orang jawa, manusia saat terlahir mempunyai empat jiwa sebagai kembarannya, yang lahir bersama-sama dengannya. Dalam buku Zhuan Falun, dikatakan manusia mampunyai Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) dan Fu Yuanshen (Jiwa sekunder) yang menguasai satu tubuh. Jumlah Fu yuanshen berbeda-beda ada yang mempunyai satu, dua, tiga, empat, bahkan lima. Tubuh manusia jika tidak ada Yuanshen, tidak ada tabiat, watak dan karakter, bila tanpa semua ini hanya merupakan segumpal daging, dia tidak akan menjadi seorang manusia yang lengkap dengan kepribadian mandiri.
Fu Yuanshen atau jiwa sekunder, yang berada di dimensi lain dapat melihat hakikat suatu urusan, tahu mana yang salah dan yang benar, tidak dibuat sesat oleh masyarakat manusia. Sedangkan Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) mudah tergoda oleh nafsu duniawi. Untuk manusia yang mempunyai bawaan dasar baik mudah dikendalikan oleh kehidupan tingkat tinggi, Fu Yuanshennya juga berasal dari tingkat tinggi. Semakin tinggi tingkat Fu Yuanshennya berasal, hal-hal yang diketahui semakin sesuai dengan kebenaran dari prinsip-prinsip Tuhan. Sedangkan untuk manusia yang bawaan dasarnya rendah mudah dipengaruhi oleh informasi dari kehidupan tingkat rendah yang menyesatkan
Hati nurani adalah informasi yang disampaikan oleh Fu Yuanshen manusia, karena Fu Yuanshen manusia berasal dari tingkatan yang lebih tinggi daripada Zhu Yuanshennya, dengan demikian Fu Yuanshenlah yang selalu menjaga manusia agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang dari hukum Tuhan. Namun begitu Zhu Yuanshen juga adalah kesadaran utama manusia, dialah yang memegang kendali untuk memutuskan segala sesuatu yang hendak dilakukan. Meskipun hati nurani kita mengingatkan untuk selalu berjalan di jalan lurus, namun jika kesadaran utama kita memutuskan untuk tetap melakukan perbuatan buruk,maka tetap saja kita akan melakukan keputusan salah yang telah kita putuskan tersebut.
Zhu yuanshen manusia yang mudah terpengaruh oleh keduniawian akan mudah dituntun oleh informasi-informasi yang membujuk kita untuk selalu berjalan di jalan yang menyimpang, karena informasi yang dibawa/diperoleh bisa jadi informasi dari unsur-unsur negatif yang berusaha menyesatkan Zhu yuanshen/kesadaran utama kita. Meskpiun hati nurani (Fu Yuanshen) selalu mengingatkannya, namun apa daya tangan tak sampai karena jika kesadaran utama kita tetap mengambil keputusan yang menyimpang tersebut, maka tetap saja kita melakukan suatu keburukan, sesuai dengan informasi yang menyesatkan yang diperoleh oleh Zhu Yuanshen kita.
Untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa karena perbuatan buruk maka kita harus mendengarkan bisikan hati nurani. Saat terjadi perseteruan isi hati antara hati nurani kita dengan bisikan hati yang mengajak keburukan, maka segera kuatkanlah kesadaran utama kita untuk mengikuti bisikan hati nurani yang jelas-jelas akan membawa kita melakukan hal-hal yang benar. Sebagai contoh, saat kita berpikir untuk berbohong demi menutupi perbuatan buruk kita, maka hati nurani anda akan membisikkan larangan untuk tidak berbohong, atau saat kita mau memamerkan diri, hati kita membisikkan untuk tidak memamerkan diri, saat ingin menyebarkan hasutan, gosip dll yang buruk, akan ada suara hati yang melarang kita melakukan hal-hal tersebut
Saat manusia sudah tidak mau mendengarkan hati nuraninya, niscaya akan selalu melakukan hal yang tidak benar, hanya saja kita tetap bersyukur karena hati nurani kita tidak bosan-bosannya menyertai dan membimbing kita sepanjang hidup kita. Setelah raga ini terpisah dari jiwa kita maka barulah Fu Yuanshen berpisah dengan Zhu Yuanshen untuk menjalani kehidupan masing-masing. Mungkin Fu Yuanshen masuk surga, sedang Zhu yuanshen harus menjalani reinkarnasi dalam enam jalur reinkarnasi, atau malah mengalami pemusnahan total di neraka yang tak berujung pangkal tingkatannya.

B.     Arti Hati Nurani
        Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu , ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda – beda. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati.  Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang. Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai “hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat orang merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan, sehingga, orang merasa gelisah, malu, putus asa, menyesal.

C.    Fungsi Hati Nurani
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya. Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani.
Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.


D.  Pentingnya Pembinaan Hati Nurani
        Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif dan obyektif benar. Denga hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertindak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseoang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseoarang secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan upaya yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan hati hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa terhindar dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan.




BAB III
PENUTUP

Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan.
Karena sifatnya yang demikian maka hati nurani harus menjadi salah satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak membelenggu hati nuraninya karena hakikatnya hal itu ialah merugikan secara moral. Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan hanya sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak. Mutlak di sini mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui pertimbangan-pertimbangan dalam bentuk apapun. Hal itu disebkan karena suara hati nurani merupakan suara dari Maha Mutlak.
Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak bernoda dan tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara halus yang murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada dalam diri kita yang paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya pertimbangan dalam memberikan jawaban.
Apabila kita mau mendengar suara dan bisikan nurani, maka hidup kita akan penuh hidayah, rahmah, maghfirah, dan makrifat. Oleh karena itu, marilah kita pelihara hati nurani kita dengan baik sesuai dengan sunnatullah dan fitrahnya sebagai wujud rasa syukur atas karunia terindah yang Allah anugerahkan tersebut, dan memohon perlindungan dari Yang Maha Kuat, Allah Swt. Wallahu A'lam.




DAFTAR PUSTAKA
Filsfat Indonesia 1001.wordpress.com
Effendi, irmansyah. Hati Nurani. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 2002
books. google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalau ada masukan tolong dikomen ya.... :)